Perbandingan Kenikmatan Surga
dan Kenikmatan Dunia
Surga
memiliki banyak kenikmatan. Kenikmatan-kenikmatan tersebut tidak bisa
dibandingkan dengan kenikmatan yang ada di dunia. Berikut ini adalah perbedaan
kenikmatan dunia dengan kenikmatan di surga beserta dalil-dalilnya:
1. Apa yang
ada di dunia hanya sedikit, sangat berbeda jauh dengan apa yang ada di surga.
Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
{ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا
قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى }
(1)
Artinya: “Katakanlah: ‘Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu
lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa.’!” (QS An-Nisa’ : 77)
Allah subhanahu
wa ta’ala mengabarkan bahwa kesenangan dunia ini hanya sedikit saja. Buat
apa kita mengejar yang sedikit ini dan melalaikan yang lebih baik nanti.
Disebutkan
pula di dalam hadits berikut:
عن مُسْتَوْرِد يَقُولُ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: (( وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِى الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا
يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ – وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ – فِى
الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ
)).
(2)
Diriwayatkan dari Mustaurid radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah! Perbandingan dunia dengan akhirat
adalah seperti seseorang dari kalian yang memasukkah satu jarinya ke laut,
hendaknya dia melihat, seperti apa jari itu kembali.”[1] (Berapa banyak air yang berada di
jarinya bila dibanding dengan air laut-pen)
Tidak
terbayangkan bukan perbandingan tetesan air yang sedikit di satu jari kita
dengan lautan yang sangat luas. Begitulah kenikmatan surga kita tidak bisa membandingkannya
dengan kenikmatan dunia
2.
Kenikmatan di surga tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan dunia
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengabarkan di dalam hadits-nya:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ
السَّاعِدِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- : (( مَوْضِعُ سَوْطٍ فِي
الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا )).
(3)
Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu tempat di surga yang sebesar cambuk lebih
baik dari dunia dan seisinya.”[2]
Tidak bisa
dibayangkan bukan berapa besar dan nikmatnya surga.
Di dalam hadits
yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan:
عن أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ عَنْ
النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- لَرَوْحَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أَوْ غَدْوَةٌ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا …وَلَوْ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ
أَهْلِ الْجَنَّةِ اطَّلَعَتْ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ لَأَضَاءَتْ مَا بَيْنَهُمَا
وَلَمَلَأَتْهُ رِيحًا وَلَنَصِيفُهَا عَلَى رَأْسِهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا
وَمَا فِيهَا
(4)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam (beliau bersabda), “Pergi berjihad di jalan Allah lebih
baik dari dunia dan seisinya. Seandainya ada seorang wanita penghuni surga
mengintip penduduk bumi, niscaya akan menerangi antara keduanya dan akan
terpenuhi dengan anginnya (yang harum). Kerudung yang ada di kepalanya lebih
baik dari dunia dan seisinya.”[3]
Adakah
wanita dunia yang seperti itu? Subhanahu wa ta’ala, sungguh lalai orang
yang tidak mengharapkannya.
3. Surga
tidak memiliki hal-hal yang jelek sebagaimana di dunia
Surga tidak
memiliki hal-hal yang jelek. Ketika penduduk bumi makan atau minum, maka pasti
akan mengeluarkan kotoran, air seni dan bau yang tidak sedap. Wanita di dunia
mengalami haid dan juga melahirkan. Haid tersebut adalah kotoran yang dibuang
oleh wanita, sedangkan di surga tidak akan didapatkan hal-hal seperti itu.
{ قَالُوا هَذَا الَّذِي
رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ
مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
}
(5)
Artinya: “Mereka mengatakan, ‘Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.’
Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri
yang suci dan mereka kekal di dalamnya” (QS Al-Baqarah : 25)
Penduduk-penduduk
surga tidak membuang kotoran-kotoran, mereka selalu bersih dan tidak pernah
berbau tidak sedap. Begitu pula dengan khamr di surga, dia tidak memabukkan dan
enak rasanya.
Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
{ بَيْضَاءَ لَذَّةٍ
لِلشَّارِبِينَ (46) لَا فِيهَا غَوْلٌ وَلَا هُمْ عَنْهَا يُنْزَفُونَ (47) }
(6)
Artinya: “(46) (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang
yang minum. (47) Tidak ada dalam khamar itu sesuatu yang membuat pusing dan
mereka tiada mabuk karenanya.” (QS Ash-Shaffat : 46-47)
Surga
memiliki sungai-sungai yang airnya tidak berubah rasanya, sungai-sungai yang
mengalirkan air susu yang tidak akan basi, sungai-sungai yang mengalirkan khamr
yang sangat lezat dan sungai-sungai yang mengalirkan madu murni. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
{مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي
وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آَسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ
لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ
وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ
وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً
حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ}
(7)
Artinya: “(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang
tiada beubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah
rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan
sungai-sungai dari madu yang disaring, dan mereka memperoleh di dalamnya segala
macam buah-buahan dan ampunan dari Rab mereka, sama dengan orang yang kekal
dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong
ususnya?” (QS Muhammad : 15)
Penduduk
surga memiliki hati yang suci dan bersih. Mereka tidak berbicara kecuali yang
baik-baik saja. Mereka tidak mengerjakan perbuatan jelek sedikitpun.
{ لَا لَغْوٌ فِيهَا وَلَا
تَأْثِيمٌ }
(8)
Artinya: “Tidak ada kata-kata yang tidak berfaidah dan tiada pula
perbuatan dosa.” (QS Ath-Thur: 23)
Allah subhanahu
wa ta’ala juga berfirman:
{ لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا
لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا (25) إِلَّا قِيلًا سَلَامًا سَلَامًا (26) }
(9)
Artinya: “(25) Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan
tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa. (26) Akan tetapi mereka
mendengar ucapan salam.” (QS Al-Waqi’ah : 25-26)
Begitulah
penduduk surga, jika mereka akan memasuki surga, maka mereka ditahan dulu
sebelum memasukinya di sebuah jembatan antara surga dan neraka. Mereka akan
dibersihkan dari segala bentuk dosa dan rasa dendam, sehingga tidaklah mereka
masuk ke dalam surga kecuali hati mereka benar-benar bersih. Mereka tidak
akan menemukan lagi apa yang dinamakan kebencian, kedengkian, kemarahan dan
sebagainya sebagaimana mereka dapatkan di dunia. Hati mereka hati yang satu
yang selalu bertasbih kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagaimana hadits berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: ((…لاَ
اخْتِلاَفَ بَيْنَهُمْ ، وَلاَ تَبَاغُضَ قُلُوبُهُمْ قَلْبٌ وَاحِدٌ يُسَبِّحُونَ
اللَّهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا.))
(10)
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada perbedaan
pendapat di antara mereka. Hati-hati mereka tidak saling membenci. Hati-hati
mereka adalah hati yang satu. Mereka bertasbih kepada Allah di setiap pagi dan
petang.” [4]
Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
{ وَنَزَعْنَا مَا فِي
صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ }
(11)
Artinya: “Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka,
sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”
(QS Al-Hijr : 47)
Mari kita
bandingkan antara surga dan dunia, surga tidak memiliki hal-hal yang jelek,
sementara di dunia kita harus menghadapi berbagai hal yang jelek. Mudah-mudahan
kita diberi kesabaran oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk menghadapi
semua ujian di dunia ini. Amin.
4.
Kenikmatan dunia akan sirna sedangkan kenikmatan surga akan terus kekal
dan abadi
Allah subhanahu
wa ta’ala telah mentakdirkan surga untuk menjadi sesuatu yang akan kekal
abadi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
{ مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ
وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ }
(12)
Artinya: “Apa yang di sisi kalian akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah
adalah kekal.” (QS An-Nahl : 96)
Adapun
perkataan sebagian orang yang menyatakan bahwa akhirat, surga dan neraka tidak
kekal, maka itu adalah perkataan yang batil. Ayat yang penulis sebutkan menjadi
dalil yang sangat jelas akan kebatilan mereka. Walaupun banyak sekali
dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menunjukkan hal yang
serupa.
aPAKAH SURGA
BERTINGKAT-TINGKAT?
Surga
bertingkat-tingkat. Penduduk surga akan menempati tingkatan-tingkatan yang
sesuai dengan mereka. Sebagaimana mereka berbeda-beda ketika di dunia dalam
beramal, maka di surga pun mereka berbeda-beda tingkatannya. Dalil yang
menunjukkan hal tersebut adalah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ -رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ-: (( مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ
وَصَامَ رَمَضَانَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ,
جَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ جَلَسَ فِي أَرْضِهِ الَّتِي وُلِدَ فِيهَا)),
فَقَالُوا: ( يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَفَلَا نُبَشِّرُ النَّاسَ؟ ) قَالَ: (( إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ, أَعَدَّهَا
اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ, مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا
بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ, فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ
الْفِرْدَوْسَ, فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ أُرَاهُ
فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ ))
(13)
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya mendirikan shalat dan berpuasa di
bulan Ramadhan, maka Allah mewajibkan dirinya untuk memasukkan dia ke
dalam surga, baik dia berjihad di jalan Allah atau hanya berdiam diri di tempat
di mana dia dilahirkan.” Mereka (para sahabat) berkata, “Ya Rasulullah! Apakah
kami boleh memberitahukan kabar gembira ini kepada manusia?” Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di surga ada seratus tingkatan.
Allah menyediakannya untuk para mujahid di jalan Allah. Jarak antara dua
tingkat adalah seperti jarak antara langit dan bumi. Apabila kalian meminta
kepada Allah, maka mintalah surga Firdaus. Sesungguhnya dia berada di
tengah-tengah surga dan (letaknya) paling tinggi di surga. Saya diperlihatkan
bahwa ‘arsy-nya Allah berada di atasnya. Dari ‘arsy itu terpancar
sungai-sungai surga.”[5]
Hadits di atas adalah dalil yang jelas
bahwa surga itu bertingkat-tingkat dan kita dianjurkan untuk meminta surga yang
paling tinggi, surga firdaus, kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Dalil yang
lainnya:
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ أُمَّ حَارِثَةَ
أَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَقَدْ هَلَكَ
حَارِثَةُ يَوْمَ بَدْرٍ أَصَابَهُ غَرْبُ سَهْمٍ فَقَالَتْ: ( يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَدْ عَلِمْتَ مَوْقِعَ حَارِثَةَ مِنْ قَلْبِي فَإِنْ كَانَ فِي الْجَنَّةِ
لَمْ أَبْكِ عَلَيْهِ وَإِلَّا سَوْفَ تَرَى مَا أَصْنَعُ, فَقَالَ لَهَا: ((
هَبِلْتِ أَجَنَّةٌ وَاحِدَةٌ هِيَ إِنَّهَا جِنَانٌ كَثِيرَةٌ وَإِنَّهُ فِي
الْفِرْدَوْسِ الْأَعْلَى
(14)
Artinya: Diriwayatkan dari Anas radhiallahu ‘anhu bahwasanya Ummu
Haritsah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam –Pada saat
itu suaminya telah wafat di peperangan Badar karena terkena tusukan panah– Dia
berkata, “Ya Rasulullah! Engkau telah mengetahui kedudukan Haritsah di dalam
hatiku. Jika dia berada di surga, maka tidak akan menangis. Akan tetapi, jika
tidak demikian, maka engkau akan melihat apa yang akan saya perbuat.” Beliau
pun berkata kepadanya, “Engkau sedih? Apakah surga itu hanya satu saja?
Sesungguhnya surga sangat banyak. Dan dia berada di surga Firdaus yang paling
tinggi.”[6]
Dalil yang
lain:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
-رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- عَنْ النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
قَالَ: (( إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ يَتَرَاءَوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ
فَوْقِهِمْ كَمَا يَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ فِي الْأُفُقِ
مِنْ الْمَشْرِقِ أَوْ الْمَغْرِبِ لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ ))
(15)
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu
bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
penduduk surga akan melihat penghuni-penghuni ruangan (yang mulia) di atas
mereka, sebagaimana mereka melihat bintang kejora yang terang di ufuk timur
atau barat, dikarenakan perbedaan keutamaan di antara mereka.”[7]
Mudah-mudahan
kita bisa menempati ruangan-ruangan mulia yang tinggi itu. Amin.
(Dikutip
dari buku ‘Bersama Sang Kekasih di Surga’. Penerbit Darussunnah. Karya penulis)
[1] HR Muslim no. 7376.
[2] HR Al-Bukhari no. 3250
[3] HR Al-Bukhari no. 2796
[4] HR Al-Bukhari no. 3245 dan Muslim
no. 7330
[5] HR Al-Bukhari no. 2790
[6] HR Al-Bukhari no. 6567
[7] HR Al-Bukhari no. 3256 dan Muslim
no. 7322
Tidak ada komentar:
Posting Komentar